Manajemen Heatstress Pada Broiler



Ahad, 25 Spetember 2016 - Tulisan ini hanyalah ringkasan dari seminar yang dilaksanakan pada tanggal 22 September 2016 di Novotel Banjarbaru di mana yang menjadi pemateri pada saat itu adalah Drh. Agus Prastowo, dengan tema "Management Heatsress  pada broiler ". Seminar ini diikuti oleh perwakulan masing-masing wilayah Kalsel-teng.

Cekaman panas atau heat stress pada broiler merupakan  kondisi saat ternak mengalami kesulitan untuk mempertahankan keseimbangan produksi dan pembuangan panas tubuh. Ayam akan memproduksi panas dan membuang kelebihan panas tubuh secara terkendali pada zona termonetral (thermoneutral zone) sehingga suhu tubuh konstan. Ketika temperatur lingkungan mencapai ambang batas atas (upper critical temperature), terjadi peningkatan akitivitas pembuangan panas melalui panting. 

Panting adalah respons normal terhadap panas dan dianggap sebagai masalah kesejahteraan hewan (animal welfare). Frekuensi panting meningkat sesuai dengan peningkatan temperatur lingkungan. Produksi panas melebihi kemampuan pembuangan panas yang maksimum (maximum heat loss) menyebabkan kematian setelah ayam menunjukkan cekaman panas yang intens (akut) atau cekaman panas yang berlangsung dalam waktu lama (kronis). Suhu tubuh ayam harus dijaga sekitar 39,9 – 41 oC, ayam akan mati apabila suhu tubuh meningkat sebanyak 4ᵒC atau lebih (Defra, 2005).

Kasus Heatsress di lapangan cukup sering terjadi bahkan hampir sepanjang tahun (untuk Kalimantan Tengah) dan cukup banyak merugikan peternak khususnya yang masih menggunakan kandang sistem open, (Kandang terbuka). Hal ini memang sudah tidak bisa diirubah karena memang tergantung kondisi iklim dan cuaca mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang dilalui garis khatulistiwa sehingga suhu di siang hari bisa mencapai 37ᵒC.

Hatsress berdampak pada menurunnya/melambatnya pertambahan bobot badan broiler di mana ketika  mengalami heatsress, maka secara naluri ayam akan mengurangi konsumsi pakan dan lebih banyak mengkonsumsi air, hal ini dapat menyebabkan resiko kerusakan usus semakin tinggi, hal demikian merupakan respon broiler untuk menanggulangi perubahan suhu lingkungan yang terjadi. Sebaliknya, jika cuaca terlampau dingin maka konsumsi pakan akan meningkat dan konsumsi air minum akan menurun,  karena broiler lebih banyak membutuhkan energi untuk menghasilkan panas tubuh, hal ini biasanya rentan untuk ayam di umur 1 - 4 hari (rentan stress dingin).

Ada beberapa tips cara menangani heatstress pada broiler antara lain:

Perlakuan pada masa brooding
 
Hal yang harus diperhatikan yaitu pada umur 1 - 4 hari, suhu brooding harus nyaman sesuai standar kebutuhan ayam, setelah itu di umur 5 - 7 hari, suhu brooding bisa sedikit dinaikan dari standar kebutuhan ayam, maksud dari perlakuan ini bertujuan agar ayam terbiasa dengan suhu tinggi di mana otot-otot perut dan bagian dada yang menopang system pernapasan akan terbentuk dengan baik, sehingga ketika minggu ke- 3 - 5 ayam sudah terbiasa dan tidak shock pada cekaman panas / suhu lingkungan yang tinggi. Cara seperti ini memang belum ada penelitian khusus hanya berdasarkan pengalaman peternak di lapangan.

Pemberian Soda Kue (Sodium Bikarbonat)
 
Pemberian soda kue juga dapat membantu broiler menghadapi heatsress yaitu dengan harapan agar ayam banyak mengkonsumsi air sebelum heatsress terjadi artinya soda kue harus diberikan 2 - 3 jam sebelum terjadinya heatstress, di sini peternak harus jeli melihat kondisi ayam, maksudnya peternak harus paham kapan heatstress akan terjadi. Soda kue juga mebantu untuk mencairkan darah yang kental pada broiler. Darah mengental biasanya terjadi pada saat heatstress di mana broiler mengalami panting yang terlalu cepat sehingga akan banyak membuang CO2. Dosis Pemberian soda kue sebanyak 3-4 g / Lt air minum.
 
Berjalan mengelilingi ayam di dalam kandang 
 
Maksud dari berjalan ini agar ayam bergerak dan siap untuk menghadapi heatstress dan dilakukan 2 jam sebelum hatstress terjadi, dengan bergerak ayam akan mengalami pengingkatan suhu tubuh sehingga ketika waktu heatstress tiba ayam sudah siap, jika dianalogikansama halnya seperti orang yang melakukan pemanasan sebelum berolahraga.

Mengurangi Density kandang sebesar 10% dari total populasi
 
Pengurangan ini dilakukan agar ruang gerak di dalam kandang sedikit longgar sehingga ketika heatstress terjadi ayam bisa beradaptasi denga cepat. ini juga bermanfaat untuk menghindari density semu yang diakibatkan oleh sinar matahari yang masuk ke dalam kandang, biasanya terjadi pada kandang yang tidak searah dengan arah terbit dan terbenamnnya matahari.
 
Rest Feed (RF)
 
Rest Feed atau metode pemberian pakan dengan system puasa, metode ini bertujuan untuk menghindari kerugian akibat heatsress di siang hari di mana ayam tidak mampu menyerap nutrisi pakan secara maksimal, jika dipaksakan diberi pakan pada jam-jam terjadinya heatstress maka bisa dipastikan pakan yang dimakan ayam tidak terserap menjadi daging, biasanya puasa dimulai 2 jam sebelum heatstress terjadi yaitu sekitar pukul 10.00  / 11.00 dan diberikan pakan lagi pukul 16.00, kemudian pakan yang tidak digunakan di siang hari dialihkan di malam hari ketika suhu rendah. Namun menurut hemat penulis, metode ini perlu sedikit dimodifikasi yaitu menurunkan pakan pada pukul 13.00 sebentar kemudian angkat lagi, artinya ayam diberi pakan namun tidak sampai kenyang, hal ini dilakukan agar ayam tidak mengalami kelaparan dan lemas, pembahasan ini dapat dibaca pada tulisan saya di sini.

Sebagai tambahan dan mungkin tidak ada kaitannya dengan heatstress tetapi saya rasa perlu dimasukan berhubung ini merupakan bagian dari materi yang ada, untuk saat ini ada beberpa cara / metode pemberian pakan yang bisa dilakukan peternak  selain dari RF yaitu: 

Skip Feed (SF)
 
Di mana pakan diberikan dengan cara seling satu hari, maksudnya sehari diberi pakan sehari lagi tidak (hari ini diberi pakan, besok tidak) begitu seterusnya, metode ini hanya bisa diterpakan di daerah dengan suhu nyaman dan biasanya digunakan oleh peternak mandiri yang mengalami kendala penjualan atau harga ayam di pasaran sedang turun, tentu saja tujuannya agar bisa menghindari kerugian.

Full Feed (FF)
 
Saya kira cara ini sudah banyak yang tahu, di mana pakan diberikan secara terus menerus tersedia selama 24 jam (adlibitum), tetapi tidak selamanya metode ini menguntungkan, tergantung kondisi ayam itu sendiri apakah mampu menyerap nutrisi pakan dengan maksimal atau tidak, karena jika tidak mampu menyerap nutrisi pakan dengan maksimal maka siap-siap saja akan mengalami pembengkakan FCR, biasanya untuk pengecekan yaitu dengan cara lakukan 3 hari berturut-turut metode ini kemudian timbang dan hitung FCRnya, jika ayam bisa optimal tumbuh sesuai pakan yang diberikan maka silahkan dilanjutkan metode ini dan biasanya lebih cocok diterapkan di daerah dingin (daerah kaki gunung Rinjani di wilayah Lombok).

Mohon dikoreksi apabila ada kesalahan di dalamnya, Semoga bermanfaat.
Share this article :

Post a Comment

 
Supported by : Agus blogger team | Agus IT
Copyright © 2011. Agus Saputra - All Rights Reserved
Template Development by Agus IT
Proudly powered by Blogger