PAKAN NON AGP, EFEK DAN ANTISIPASINYA



Sabtu, 3 Maret 2018 - Akhir-akhir ini dunia peternakan Indonesia khususnya di bidang Broiler dicemaskan oleh peraturan pemerintahan atas larangan penggunaan antibiotik dalam pakan, peraturan ini efektif sebenarnya awal 2019 hanya saja beberapa perusahaan baru memulai awal tahu ini dan bahkan ada perusahaan lain yang malah sudah memulai lebih dulu lebih awal. Peraturan ini berdasarkan pada Permentan no 14 tentang larangan penggunaan AGP.

Mungkin banyak dari kita yang belum tahu, apa sih AGP itu. Oke AGP singkatan dari Antibiotik Growth Promoter atau jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya Antibiotik Pemacu Pertumbuhan atau dalam beberapa referensi AGP didefinisakan sebagai “semua obat yang menghancurkan dan atau menghambat pertumbuhan bakteri yang diberikan dalam dosis rendah atau disebut dengan Sub-Therapeutic dose (FAO, 2001).” “yang ditambahkan sebagai imbuhan dalam pakan ternak (CDC, 1999).”

Pengertian secara sederhana, AGP sendiri berfungsi sebagai pembunuh bakteri yang berada di dalam usus yang berpeluang menjadi bakteri patogen (penyebab munculnya penyakit) sehingga ketika bakteri itu mati atau berkurang berkibat pada tidak bisa bersaing dengan usus dalam menyerap kandungan nutrisi pakan seperti asam amino, lemak, energi dll. Apabila AGP tidak lagi ditambahkan di dalam pakan, maka peluang tumbuhnya bakteri patogen lebih besar sehingga memperbesar resiko peluang ayam sakit.

Larangan ini sendiri cukup berdasar, di mana jika AGP digunakan dalam pakan dengan jangka waktu yang cukup panjang dikhawatirkan akan terjadi mutasi genetik pada berbagai macam bakteri khususnya yang berada di dalam usus yang pada akhirnya menjadi resisten terhadap antibiotik. Bisa kita bayangkan bagaimana jadinya kehidupan manusia jika bakteri resisten terhadap antiobiotik.

Akan terjadi infeksi yang tidak bisa lagi diobati dengan antibiotik sehingga resiko kematian akibat infeksi akan semakin besar. Saat ini juga laju penemuan bakteri jenis baru yang bermutasi genetik lebih banyak ketimbang penemuan-penemuan jenis antibiotik baru. Artinya perkembangan bakteri lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan riset antibiotik.

Hemat saya formulator pakan dari beberapa perusahaan tidak akan tinggal diam melihat fenomena ini, pasti akan ada pengganti AGP walaupun hal itu sepenuhnya tidak bisa menggantikan AGP, karena AGP cukup murah dan meriah. Kalaupun ada pengganti mungkin harganya tidak semurah AGP sehingga peluang naiknya harga pakan cukup besar, cukup dilematis.

Kemudian hal-hal yang perlu dilakukan sebagai bentuk antisipasi akibat pakan non AGP yaitu dengan cara memperketat Biosecurity, biosecurity yaitu usaha untuk menjaga suatu daerah dari masuknya agen penyakit, menjaga tersebarnya agen penyakit dari daerah tertentu, dan menjaga agar suatu penyakit tidak menyebar di dalam daerah tersebut, yang perlu diketahui bahwa biosecurity tidak dapat digantikan oleh ANTIBIOTIK DAN VAKSIN. Biosecurity meliputi:

1.  Pengendalian lalu lintas (orang, kendaraan dan perlatan)
2.  Lingkungan kandang yang sehat dan bersih
3.  Program sanitasi yang baik (penggunaan antiseptic dan desinfektan yang tepat)
4.  Pengendalian vektor (tikus, lalat dan kutu)
5.  Program vaksinasi dan aplikasi yang tepat
6.  Program pengobatan yang sesuai
7.  Program monitoring kesehatan hewan
8.  Monitoring sensitifitas obat

Selain memperketat biosecurity, peternaknya juga nampaknya harus lebih banyak bermain prebiotik dan probiotik untuk membantu usus menyerap nutrisi pakan secara optimal, dan terakhir yang perlu kita ingat yaitu rejeki para peternak bukan pada AGP, tetapi tetap faktor ketelatenan dan keseriusan serta doa itu lebih penting.

Semoga bermanfaat.
Share this article :

Post a Comment

 
Supported by : Agus blogger team | Agus IT
Copyright © 2011. Agus Saputra - All Rights Reserved
Template Development by Agus IT
Proudly powered by Blogger