KAPENCI YANG DILUPAKAN

Oleh: Agus Saputra

Musim hujan telah tiba, dana mbozo pun kembali asri dan hijau, kembali menjadi zamrud di antara pangkuan Ibu Pertiwi yang sebelumnya gersang, tak terkecuali desa Runggu. bagi sebagian anak sekolah zaman kami dulu musim hujan biasanya disikapi dengan senang-senang saja, senang bukan lantaran hujannya, melainkan efek lain dari musim hujan itu sendiri.

Efek yang saya maksud di sini adalah karena banyak liburnya, banyak alasannya, banyak kendalanya. Jika tidak libur karena sekolah kebanjiran, ada saja yang menjadi alasan untuk tidak masuk, seperti sepatu, baju, celana atau salah satunya dari ketiganya basah bisa juga karena belum kering karena sang mentari yang juga tidak muncul terik setiap hari, bahkan terkadang alasan dibuat-buat ketika ditanya guru di sekolah.

Musim hujan, semua akan kembali hijau, sungai kembali dialiri air, musim berenang pun tiba, serta berbagai wahana permainan tradisional lainya dan saya pun lupa apa saja itu sangking banyaknya. Yang masih teringat jelas dan kadang senyum mengingatnya karena ini sudah tidak lagi digunakan oleh anak-anak zaman sekarang, permainan tersebut adalah berbahan dasar KAPENCI.

Kapenci, mungkin bagi kita yang menikmati masa Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2006 ke bawah masih akrab dengan nama tersebut, ya ini lah salah satu penghibur masa kecil kita, kami dan teman-teman ketika di musim hujan kala itu, maklum kami dulu  tidak seperti anak kota yang serba ada dan canggih mungkin jika di film kan kami akan disebut sebagai "Anak Kaki Gunung".

Kapenci sebenarnya sama seperti tanah liat yang bisa dibentuk-bentuk sesuka hati,namun yang membuatnya unik mungkin karena warnanya bermacam-macam, karena memang ini berasal dari tanah hasil pelapukan batu "Rengge / Kalate" selama bertahun-tahun  yang tentu saja memiliki warna yang beraneka ragam. Biasanya, dibuat mobil-mobilan, orang-orangan atau terkadang ada anak-anak yang lebih kreatif bisa membuat celengan, serta pot bunga.

Tapi sayang, generasi saat ini sudah melupakan kapenci, bahkan lebih suka yang bergaya kebaratan. tak ada lagi masa kecil ceria. wajah-wajah polos dahulu sudah tak terlihat di zaman sekarang, hanya asap rokok yang terlihat.
Share this article :

Post a Comment

 
Supported by : Agus blogger team | Agus IT
Copyright © 2011. Agus Saputra - All Rights Reserved
Template Development by Agus IT
Proudly powered by Blogger