Oleh: Agus Saputra
Hari ini dapat kita saksikan bagaimana banyaknya jumlah perguruan tinggi yang ada di Indonesia khususnya di NTB, baik itu perguruan tinggi swasta maupun milik Negara, mulai dai tingkat kota madya hingga ibu kota Negara, perguruan tinggi bermunculan bak jamur yang tumbuh di musim penghujan, berbagai Fakultas serta jUrusanpun di tawarkan dengan iming-iming bisa sukses kelak disaat melepas almamater kebanggaan.
Hal ini memang patut kita sykuri dan menjadi kebanggaan kita bersama, dengan munculnya berbagai perguruan tinggi tersebut, maka akan lebih memudahkan masyrakat dalam menikmati pendidikan yang layak di negeri ini, masyrakat bisa merasakan layanan pendidikan yang sama tanpa dibatasi oleh batas wilayah. Mereka bisa menikmati pendidikan tinggi di daerah mereka tanpa harus jauh-jauh pergi merantau keluar daerah terlebih bagi sebagian orang yang hanya ingin mengejar selembar “kertas” pengakuan untuk mencari jabatan.
Di dalam kaedah kehidupan, tak ada sesuatu di dunia ini yang sempurna, disamping ada sisi positif tentu juga terdapat sisi negatifnya pula. Nah selain dampak positif dari banyak bermunculanya berbagai perguruan tinggi yang sudah saya sebutkan secara garis besar di atas, perlu juga sedikit kita merenungkan sejenak dampak negatif yang akan kita hadapi bersama kedepanya.
Di akui atau tidaknya sebuah perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, tergantung dari status kampus serta status program studinya, maka hal yang sangat penting untuk kita ketahui adalah ke-2 hal tersebut. Sebelum anda memilih perguruan tinggi maka periksalah dengan teliti, sebelum menyesal kemudian. Karena ke-2 hal itu akan berpengaruh ketika memasuki dunia karir.
Selain itu, ketika memasuki dunia karir, kita dapat menyaksikan fakta di lapangan bahwa kondisi pada saat ini sangat sulit, dimana jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia berbanding jauh dengan jumlah lulusan sarjana setiap tahunya. Hal ini tentu saja akan bisa menimbulkan dampak yang merugikan, baik untuk personal yang bersangkutan maupun terhadap orang lain, tentu saja hal tersebut sama-sama tidak kita harapkan.
Sebut saja beberapa Fakultas yang dominan diminati oleh masyrakat NTB saat ini seperti Keguruan dan Kesehatan yang tentu saja harapan outputnya adalah menadpatakn SK PNS. Jika kita sejenak berfikir untuk merenungi, dimana jumlah lulusan Fakultas Kesehatan dan Keguruan tersebut setiap tahunya sangatlah membludak, kemanakah lulusan tersebut akan di tamping kelak?
Kita hormati pendapat yang menyatakan bahwa kebutuhan masyrakat akan kesehatan dan pendidikan terus menigkat setiap tahunya sehingga memilih ke-2 fakultas tersebut merupakan hal yang tepat. Tapi yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah peningkatan jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas berbanding lurus dengan jumlah Sarjana yang lulus setiap tahunya? Dan apakah peningkatan jumlah sekolah baik tingkat SD, SMP, serta SMA berbanding lurus dengan jumlah sarjana pendidikan yang lulus setiap tahunya? Tanpa perlu melihat data, dengan menyaksikan kondisi real di lapangan sudah bisa dapat kita menarik suatu kesimpulan bahwa jumlah lulusan sarjana terutama kesehatan dan pendidikan tak sebanding dengan daya tampung (lapangan pekerjaan) yang ada.
Universitas Mataram saja setiap tahunya sebanyak empat periode melepas para sarjananya begitupun dengan IKIP Mataram, STKIP Kota Bima serta belum lagi dari perguruan tinggi yang lainya. Begitupun dengan Fakultas kesehatan, seperti YARSI Mataram, STIKES Mataram,dsb. Dan bisa kita rata-ratakan masing-masing perguruan tinggi tiap tahunya 3-4 periode melepas semua lulusanya (khususnya di NTB). belum lagi mereka yang kuliah di perguruan tinggi diluar daerah yang tentu saja ketika mereka lulus, maka akan kembali kedaerah asal dan bersaing dengan lulusan dari perguruan tinggi lokal.
Hal ini tentu saja akan berdampak pada tidak sehatnya bersaing dalam mencari lapangan pekerjaan di dunia karir, maka tindakan KKN pun tak lagi bisa dihindarkan, dengan slogan “SIAPA YANG MEMILIKI BANYAK UANG, MAKA DIALAH YANG MENANG” kecerdasan tidak lagi menjadi tolak ukur dan penilaian untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi yang menjadi tolak ukur adalah “Uang” hatta itu test masuk CPNS tetap saja aka ada kecurangan, dan tentu saja ini akan bisa merugikan semua pihak terutama diri kita sendiri.
Maka dari itu, kami sampaikan kepada adik-adik yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, berpikirlah kedepan serta selektiflah memilih Fakultas serta Jurusan. Pilihlah yang sesuai dengan kemampuan (untuk perguruan tinggi Negeri) agar terhindar dari system Drop Out (DO) serta pilihlah jurusan yang tepat. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan karena trent ATAU Karena mayoritas banyak yang kuliah pada ke-2 Fakultas yang saya sebutkan di atas melainkan karena kesadaran akan masa depan dan prediksi kedepanya.
Wallohua’lam.
Hari ini dapat kita saksikan bagaimana banyaknya jumlah perguruan tinggi yang ada di Indonesia khususnya di NTB, baik itu perguruan tinggi swasta maupun milik Negara, mulai dai tingkat kota madya hingga ibu kota Negara, perguruan tinggi bermunculan bak jamur yang tumbuh di musim penghujan, berbagai Fakultas serta jUrusanpun di tawarkan dengan iming-iming bisa sukses kelak disaat melepas almamater kebanggaan.
Hal ini memang patut kita sykuri dan menjadi kebanggaan kita bersama, dengan munculnya berbagai perguruan tinggi tersebut, maka akan lebih memudahkan masyrakat dalam menikmati pendidikan yang layak di negeri ini, masyrakat bisa merasakan layanan pendidikan yang sama tanpa dibatasi oleh batas wilayah. Mereka bisa menikmati pendidikan tinggi di daerah mereka tanpa harus jauh-jauh pergi merantau keluar daerah terlebih bagi sebagian orang yang hanya ingin mengejar selembar “kertas” pengakuan untuk mencari jabatan.
Di dalam kaedah kehidupan, tak ada sesuatu di dunia ini yang sempurna, disamping ada sisi positif tentu juga terdapat sisi negatifnya pula. Nah selain dampak positif dari banyak bermunculanya berbagai perguruan tinggi yang sudah saya sebutkan secara garis besar di atas, perlu juga sedikit kita merenungkan sejenak dampak negatif yang akan kita hadapi bersama kedepanya.
Di akui atau tidaknya sebuah perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, tergantung dari status kampus serta status program studinya, maka hal yang sangat penting untuk kita ketahui adalah ke-2 hal tersebut. Sebelum anda memilih perguruan tinggi maka periksalah dengan teliti, sebelum menyesal kemudian. Karena ke-2 hal itu akan berpengaruh ketika memasuki dunia karir.
Selain itu, ketika memasuki dunia karir, kita dapat menyaksikan fakta di lapangan bahwa kondisi pada saat ini sangat sulit, dimana jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia berbanding jauh dengan jumlah lulusan sarjana setiap tahunya. Hal ini tentu saja akan bisa menimbulkan dampak yang merugikan, baik untuk personal yang bersangkutan maupun terhadap orang lain, tentu saja hal tersebut sama-sama tidak kita harapkan.
Sebut saja beberapa Fakultas yang dominan diminati oleh masyrakat NTB saat ini seperti Keguruan dan Kesehatan yang tentu saja harapan outputnya adalah menadpatakn SK PNS. Jika kita sejenak berfikir untuk merenungi, dimana jumlah lulusan Fakultas Kesehatan dan Keguruan tersebut setiap tahunya sangatlah membludak, kemanakah lulusan tersebut akan di tamping kelak?
Kita hormati pendapat yang menyatakan bahwa kebutuhan masyrakat akan kesehatan dan pendidikan terus menigkat setiap tahunya sehingga memilih ke-2 fakultas tersebut merupakan hal yang tepat. Tapi yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah peningkatan jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas berbanding lurus dengan jumlah Sarjana yang lulus setiap tahunya? Dan apakah peningkatan jumlah sekolah baik tingkat SD, SMP, serta SMA berbanding lurus dengan jumlah sarjana pendidikan yang lulus setiap tahunya? Tanpa perlu melihat data, dengan menyaksikan kondisi real di lapangan sudah bisa dapat kita menarik suatu kesimpulan bahwa jumlah lulusan sarjana terutama kesehatan dan pendidikan tak sebanding dengan daya tampung (lapangan pekerjaan) yang ada.
Universitas Mataram saja setiap tahunya sebanyak empat periode melepas para sarjananya begitupun dengan IKIP Mataram, STKIP Kota Bima serta belum lagi dari perguruan tinggi yang lainya. Begitupun dengan Fakultas kesehatan, seperti YARSI Mataram, STIKES Mataram,dsb. Dan bisa kita rata-ratakan masing-masing perguruan tinggi tiap tahunya 3-4 periode melepas semua lulusanya (khususnya di NTB). belum lagi mereka yang kuliah di perguruan tinggi diluar daerah yang tentu saja ketika mereka lulus, maka akan kembali kedaerah asal dan bersaing dengan lulusan dari perguruan tinggi lokal.
Hal ini tentu saja akan berdampak pada tidak sehatnya bersaing dalam mencari lapangan pekerjaan di dunia karir, maka tindakan KKN pun tak lagi bisa dihindarkan, dengan slogan “SIAPA YANG MEMILIKI BANYAK UANG, MAKA DIALAH YANG MENANG” kecerdasan tidak lagi menjadi tolak ukur dan penilaian untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi yang menjadi tolak ukur adalah “Uang” hatta itu test masuk CPNS tetap saja aka ada kecurangan, dan tentu saja ini akan bisa merugikan semua pihak terutama diri kita sendiri.
Maka dari itu, kami sampaikan kepada adik-adik yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, berpikirlah kedepan serta selektiflah memilih Fakultas serta Jurusan. Pilihlah yang sesuai dengan kemampuan (untuk perguruan tinggi Negeri) agar terhindar dari system Drop Out (DO) serta pilihlah jurusan yang tepat. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan karena trent ATAU Karena mayoritas banyak yang kuliah pada ke-2 Fakultas yang saya sebutkan di atas melainkan karena kesadaran akan masa depan dan prediksi kedepanya.
Wallohua’lam.
Post a Comment